Iswara Wisesa menggunakan media wayang dan lagu dalam mengajar. (foto: taufik budi/okezone) |
Bangsaku.web.id - Guru mengajar pakai wayang dan lagu. Banyak guru yang kreatif di negara kita, ada Guru yang mengajar muridnya menggunakan media wayang dan lagu-lagu. Salah satunya adalah seorang guru dari Demak yang mengajar di SMK NEgeri 1 Sayung Demak, Jawa Tengah ini. Dia mengajar siswanya disekolah menggunakan bantuan lagu-lagu yang lagi ngetrend pada saat ini dan kemudian dipadukan dengan media wayang sebagai media untuk bercerita. Cara ini dinilai efektif untuk mengajarkan materi pelajaran, karena dianggap tidak monoton dan siswa tidak bosan dalam proses pembelajaran.
Iswara Wisesa adalah guru bahasa jawa yang sering menggunakan media lagu-lagu yang lagi ngetrend kemudian dikolaborasikan dengan tembang Asmaradha. lagu-lagu yang ngetrend bertunjuan untuk menyedot perhatian siswa, kemudian jika perhatian siswa sudah 100% kepada gurunya, maka selanjutnya tinggal menyisipkan materi yang akan disampaikan. Apalagi, pelajaran bahasa jawa dianggap kuno sehingga tidak banyak siswa yang berminat, jadi harus ada cara tersendiri untuk membuat siswa berminat.
Baca Juga: Tinggalkan anak demi mengajar bahasa Indonesia di Amerika
Berikut ini adalah pernyataan langsung dari Iswara kepada salah satu media, seperti dilansir okezone baru-baru ini. "Makanya untuk mengajar seperti ini, saya harus kreatif menciptakan hal-hal baru. Misalnya saat mengajar materi tentang Asmarandhana ini, saya juga membawa gitar untuk bernyanyi lagu Separuh Aku yang ditenarkan grup band Noah,”
Cara yang ia pakai terbukti berhasil, sekitar 20 siswa dikelas mendengarkan lagu sambil ikut bernyanyi kecil diiringi gitar akustik. Namun, ditengah lagu mendadak Iswara mengubah syair lagu dengan bahasa Jawa yang berupa tembah Asmarandha.
"Ini yang kadang siswa tidak bisa mengikuti lagu Bahasa Jawa ini. Tapi setidaknya, mereka sudah memperhatikan terlebih dahulu lewat lagunya Noah. Biar siswa tahu lalu bisa nembang dan mengerti kandungan Tembang Asmarandhana," lugasnya.
Seain itu, Iswara juga salah ahli dan fasih memainkan wayang dan memerankan tokoh-tokoh seperti Punakawan. Pertunjukkan wayang yang disertai banyolan-banyolan itu membuat pelajar terpingkal-pingkal dan akhirnya menyukai mata pelajarannya.
"Seneng bila diajar Pak Is, tidak monoton. Kreatif, mengajar di kelas sambil membawa wayang. Tapi tak sekadar pertunjukan wayang, kami juga diberi pemahaman tentang materi pelajaran, awalnya enggak menyadarinya. Tapi setelah diajarkan baru mengerti keterkaitan antara lagu tadi, dengan materi pelajaran di buku," tutur seorang siswa bernama Uswatun Hasanah.
Baca Juga: Mendikbud akan Tingkatkan Kesejahteraan Guru Honorer
Metode mengajar yang menggunakan media lagu dan wayang seperti ini sudah diterapkan oleh Iswara sejak tahun 2013 lalu. Terkadang juga ada guru yang mengkritik cara mengajarnya, karena suasana kelas menjadi gaduh sampai terdengar di luar kelas. Namun, lama-kelamaan hal tersebut menjadi terbiasa dan sudah dimengerti oleh beberapa guru lainnya.
"Ya, masih ada anggapan dari sesama guru yang menilai kelas menjadi ramai, gaduh. Apalagi di sekolah ini kan ruang kelas berdempetan. Tapi sebenarnya bukan gaduh yang sembarangan yang saya maksud. Gaduhnya itu karena siswa interaktif, aktif dalam pembelajaran," jelasnya.
Wakil Kepala SMKN 1 Sayung, Miftahul Ulum, menyatakan, inovasi pembelajaran sangat dibutuhkan untuk menunjang penerapan Kurikulum 2013. Menurutnya, setiap guru bebas menentukan metode pembelajaran yang dinilai paling efektif, meskipun mendapat tanggapan miring dari rekan sejawatnya.
"Setiap guru berhak bebas menentukan cara mengajar yang paling baik dan efektif. Kami sangat mendukung inovasi pembelajaran seperti itu. Malah, ke depan setiap guru diminta menemukan inovasi baru agar siswa tak cepat bosan. Bila perlu, pembelajaran bisa dilakukan di luar kelas agar siswa dapat melakukan pengamatan secara langsung dan tak jenuh duduk di bangku kelas," tandasnya.
Jurnalis: Taufik Budi