Muhammad Jufriatno (baju hijau) saat pelepasan BIPA oleh Kemdikbud. (foto: Iradhatie /okezone) |
Bangsaku.web.id - Perjuangan Seorang Guru. Tugas utama dari seorang guru adalah mengajarkan ilmu kepada muridnya. Guru dikenal dengan pahlawan tanpa tanda jasa. Jasa-jasa guru tidak bisa dinilai dengan apapun. Peran guru bagi dunia pendidikan sangatlah penting. Mereka adalah aktor penting dalam menerdaskan anak bangsa ini. Berkat ilmu yang diajarkan oleh guru-gurunya di sekolah, seseorang bisa menjadi orang besar. Bahkan Presiden Republik Indonesia juga sangat menghargai dan menghormati gurunya saat sekolah dahulu.
Kisah mengenai perjuangan yang hebat dari seorang guru kali ini datang dari seorang guru yang berasal dari daerah Makasar. Seorang guru SMA yang akan mengajar bahasa Indonesia di luar negeri untuk orang asing, mungkin bagi guru bahasa indonesia pada umumnya, mengajar bahasa indonesia di dalam negeri merupakan hal yang biasa dan sudah menjadi kewajiban sehari-hari. Tapi jika menjadi duta untuk mengajarkan bahasa indonesia di luar negeri tentunya merupakan kebanggaan tersendiri.
Baca Juga: Mendikbud akan tingkatkan kesejahteraan guru Honorer
Muhammad Jufriatno adalah seorang guru kelahiran 9 September 1979 yang sebelumnya merupakan guru bahasa inggris di salah satu SMA di Makassar, pada bulan September mendatang akan bertolak ke Amerika Serikat (AS) untuk menjadi guru bahasa Indonesia di University of California. Dia merupakan satu dari 80 pengajar Bahasa Indonesia bagi penutur Asing (BIPA) yang akan diberangkatkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) tahun ini. Dia juga sudah berpengalaman menjadi guru BIPA di Universitas Negeri Makassar.
"Karena di sana pembelajaran sudah berlangsung, jadi saya harus menunggu semester berikutnya," Ujar Jufriatno usai acara Pembekalan dan Pelepasan Pengajar BIPA di Kemdikbud, Jakarta baru-baru ini, seperti yang dilansir okezone.
"Saya ikut program ini berdasarkan pengalmaan. Pada tahun 2010 sampai 2012 pernah mengajar paruh waktu BIPA di Universitas Negeri Makassar. Peserta yang lolos dari Makassar sendiri ada tiga orang termasuk saya," tuturnya.
Pihak Badan Bahasa memberikan kesempatan kepada Jufriatno untuk memilih negara tujuan, kemudian ia memilih Amerika Serikat lantaran pada tahun 2012 sampai 2014 menjalani S-2 di sana. Sebelum pemberangkatan, ia juga sudah menjalani beberapa tes, seperti micro teaching.
Baca Juga: Calon Guru harus diseleksi supaya bisa mengajar dengan baik
Istri dan Anak dirumah juga mendukung Jufriatno meskipun harus tinggal di Amerika Serikat sekitar 4 bulan. Untuk fasilitas di AS, Jufriatno belum mendapatkan informasi secara rinci. Namun, berdasarkan pengalaman dari beberapa orang sebelumnya, fasilitas tergantung dari negara tujuan masing-masing.
"Gaji diberikan negara, tetapi untuk fasilitas dari negara tujuan, saya belum tahu. Sepertinya disesuaikan dengan negara tujuannya. Ada kampus yang menyediakan apartemen dan transportasi, tetapi ada juga yang tidak," tutupnya.
Itulah tadi sedikit cerita inspirasi dari seorang guru, mudah-mudahan kisah tadi dapat menjadi inspirasi bagi guru-guru di tanah air untuk dapat berprestasi dan menjadi kebanggan bagi negara Indonesia ini. Semoga sukses guru-guruku, jasa-jasamu akan dikenang sepanjang masa...