Tiga masalah penting yang perlu diperbaiki oleh pemerintah - Pendidikan di Indonesia masih banyak kekurangan, entah dalam pemerataan pendidikan untuk seluruh Indonesia atau cara pemenuhan fasilitas untuk sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. JPPI (Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia) bersama Results Internasional telah melakukan penerilitan dan telah mendapatkan beberapa permasalahan untuk pendidikan di Indonesia. Dalam penjelasan ini JPPI memberikan tiga permasalah utama untuk pendidikan di Indonesia. Permasalah tersebut adalah kualitas guru yang kurang, sekolah yang tidak ramah anak mulai dari kualitas gedung sampai lingkungan pendidikan, dan deskriminasi terhadap kelompok-kelompok marginal.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Ubaid Matraji, Koordinator Nasional JPPI "Ada tiga isu strategis yang perlu mendapat perhatian," ketika menghadiri Seminar Internasion dan Laporan RIght to Education Index (RTIE) 2016 di Jakarta, Pada Kamis (23/03), dikutip dari Republika.co.id.
Sebelum memutuskan untuk menyebutkan tiga permasalah pendidikan di Indonesia. RTEI melakukan penelitian yang mendapatkan skor 77 persen dengan menggunakan lima faktor utama, pemerintah, ketersediaan, aksesibilitas, penerimaan dan adaptasi. Dari penelitian ini masih menetapkan posisi pendidikan Indonesia masih sejajar dengan Nigeria dan Honduras.
Dan hasil skor dari penelitian yang dilakukan oleh RTEI masih menempatkan posisi Indonesi masih berada di bawah Filipina dengan skor 81 persen dan Etiopia dengan skor 79 persen. Dan telah menempatkan Inggris diposisi pertama dengan skor 87 persen dan posisi kedua ditempati oleh Kanada dengan skor 85 persen dan Australia dengan posisi 83 persen.
Selain itu kualitas guru yang rendah juga menjadi penyebab terbesar dalam pendidikan Indonesia terutama di daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T). Hal itu bisa dibuktikan dengan hasil dari uji kompetensi guru di tahun 2016 yang masih menunjukkan nilai yang masih dibawah standart. Dan juga disebutkan bahwa hal tersebut tidak sebanding dengan anggaran yang telah dialokasikan untuk gaji guru selama ini.
Dan permasalah yang kedua adalah lingkungan sekolah yang tidak ramah anak. Hal tersebut terlihat jelas dengan adanya gedung-gedung yang tidak layak pakai terutama masih maraknya kekerasan di sekolah, tidak hanya fisik maupun bukan fisik.
Dan permasalahan terakhir adalah tidak terpenuhinya pendidikan bagi kelompok marginal. Dalam hal ini kelompok marginal yang dimaksudkan adalah anak yang dipenjara, perempuan, kelompok difabel, anak dari keluarga miskin, dan pengungsi. Dan yang perlu diingat di Indonesia banyak pengungsi yang datang dari berbagai negara.
Maka dari itu JPPI dan Result Internasional mengatakan jika Indonesia ingin memperbaiki kualitas pendidikan. Maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah memperbaiki kualitas guru maka dari itu pemerintah perlu menentukan komitmen yang jelas untuk mengembangkan kapasitas guru. Terutama pemerintah perlu ikut andil dalam menentukan peta jalan yang jelas, terukur dan berkesinambungan.
Untuk permasalahan kedua, pemerintah harus memberikan sanksi yang tegas untuk para pelaku kekerasan yang berada di lingkungan sekolah. Hal tersebut dilakukan untuk menciptakan keamanan di lingkungan sekolah dan menciptakan rasa aman untuk para siswa disekolah. Maka dari itu pemerintah harus memberikan dorongan pada sekolah untuk membujuk orang tua ikut aktif dalam memberikan keamanan untuk anak sekolah.
Baca juga Cara raih kesuksesan setelah lulus kuliah
Dan penyelesaian untuk permasalah ketiga, Ubaid menjelaskan perlu adanya kebiajakan afirmasi agar kelompok marginal yang selama ini mendapatkan diskriminasi pendidikan bisa menerima pendidikan sama seperti pendidikan yang diterima oleh anak-anak lain. Karena masih banyak anak di Indonesia yang tidak bisa menerima pendidikan karena tidak adanya identitas domisili yang tidak jelas.
Dari permasalah diatas Hendarman, Kepala Pusat Penelitian Kebijakan Kemendikbud menyebutkan agar hasil penelitian dapat digunakan untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia dan mengatasi permasalah-permasalah yang muncul di pendidikan Indonesia. Dan dia juga mempertanyakan tentang rendahnya hasi penelitian yang diperoleh Indonesia.